mamayuqero
Anakku, kelak kau akan baca semua ini. Jika bunda masih ada disampingmu, kita akan tertawa berdua. Namun jika bunda sudah tidak disampingmu, tetaplah tertawa, bunda menemanimu tertawa dari atas sana
Friday, July 29, 2016
Secangkir Kopi, berjuta kisah
Sudah 3 hari ini Aji
merasakan galau yang luar biasa. Ia yang perlente, dengan sedan kinclong hasil
kredit yang masih jauh dari lunas, juga berbagai benda bermerk yang ia kenakan
dari kepala sampai kaki, adalah bukti bahwa Aji merupakan pegawai dengan pendapatan
yang mapan. Tapi..sama seperti jutaan pekerja kelas menengah negeri ini, Aji tidak
luput dari perasaan ketar-ketir manakala beredar gosip di kantornya bahwa akan
terjadi perombakan besar-besaran pada struktur kepegawaian, dan departemen yang
akan mengalami rombakan terbanyak adalah departemen tempat aji bekerja. Puluhan
angka-angka berseliweran di pikiran Aji saat ini. Beberapa diantaranya
membentuk formasi cantik. Ada yang enam digit, lima digit, dan seterusnya. Lalu
masing-masing angka tersebut saling memisahkan diri untuk bergabung dengan
angka lain dari formasi di sekitarnya. Setelah angka-angka itu, muncullah
berbagai tulisan yang mengapung kesana kemari, “Tagihan kredit mobil”, “tagihan
kredit motor”, “anggaran ke cafe”, “anggaran belanja online”, dan lain-lain.
Sudah sewajarnya jika
kemudian Ia butuh sesuatu untuk meredakan rasa kalut nya, sesuatu yang wanginya
bisa mengaburkan secuil saja pikirannya, tapi juga meninggalkan rasa halus yang
tercecap lidah, sehalus usapan punggung seorang sahabat yang menenangkan. “Malam
ini sepertinya secangkir Arabika spesial racikan Warung Cangkruk Bintang Kejora
pas buat sampeyan”, begitu kata Cak Sam. Orang ini sepertinya bisa membaca
pikiran setiap pelanggannya yang datang, pikir Aji. Cak Sam bisa dengan tepat
memberikan rekomendasi kopi yang sedang dibutuhkan pelanggan yang datang. Ia
pastilah jago sekali membaca roman muka. Cak Sam dan Warung Cangkruk Bintang
Kejora sudah menjadi tempat yang menaungi hati banyak pelanggannya. Tempat ini
lebih dari sekedar warung kopi untuk cangkruk. Beberapa jejer bangku panjang
yang terbuat dari kayu sisa pabrik telah menjadi saksi bisu atas berbagai kisah
manusia, belum lagi meja kayu tanpa taplak yang penuh dengan goresan entah dari
cutter atau apapun yang runcing, karena tulisan yang menghiasi meja itu terukir
dengan pasti, tidak akan dapat terhapus.
“Cak, sampeyan ini orang sakti ta? Kok
semua pelanggan sini percaya sekali dengan racikan kopi sampeyan? Kata mereka
tangan sampeyan ajaib”, kata Aji membuka obrolan.
“Hahahah! Saya ini hanya orang biasa
yang berasal dari desa kecil di pelosok Jember mas. Kedua orang tua saya Cuma buruh
pemetik kopi yang bahkan tidak sanggup menyekolahkan saya sampai lulus SD. Kalau
kemudian saya bisa sekolah, itu adalah murni kebaikan gusti Allah mas”, jawab
Cak Sam merendah.
“Ah, sampeyan jangan merendah gitu
tho cak. Saya sering mendengar tentang keampuhan masukan-masukan sampeyan pada
para pelanggan yang sedang punya persoalan. Sampeyan orang hebat cak”, lanjut
Aji.
“Aaah saya Cuma kebetulan punya waktu
untuk mendengarkan curhat para pelanggan saya mas. Jika seseorang sedang
dirundung persoalan, biasanya yang mereka butuhkan Cuma didengarkan. Setelah
bercerita biasanya manusia akan lega, lalu akan bisa melihat persoalan dengan
lebih baik. Barulah bisa memikirkan solusinya dengan pandangan yang lebih
terang”, Jawab Cak Sam.
“Tuh kan, belum apa-apa, sampeyan
sudah membuat saya merasa lebih tenang Cak. Pantesan Warung kopi sampeyan gak
pernah sepi cak”, lanjut Aji yang disambut gelak tawa Cak Sam.
Di tempat dengan penerangan seadanya
itu Cak Sam menyapukan pandangan pada sekelilingnya. Setiap malam, meja dan
bangku kayu Bintang Kejora dipenuhi
pelanggan. Rata-rata mereka yang datang akan bertanya pada Cak Sam, kopi
apa yang pas untuk mereka malam itu. Dan pertanyaan itu biasanya diiringi oleh
sesi curhat sejenak dari para pelanggan pada Cak Sam. Barulah Cak Sam
menentukan kopi apa yang pas untuk mereka. Lama-lama, Cak Sam ini jadi mirip
dengan psikolog, atau mm..bagi beberapa orang, Cak Sam lebih tepat disebut
paranormal. Seperti ada kutub tarik
menarik antara hati mereka dengan pikiran Cak Sam, karena apapun rekomendasi
Cak Sam, pastilah pas untuk kebutuhan pelanggannya. Juga untuk Pak Yono yang
katanya sedang masuk angin akibat ronda semalam. “Kopi Joss buat sampeyan, Pak,
dengan arang dobel biar anginnya cepat bablasss”, kata Cak Sam. “Sampeyan
pancen oye Cak”, Pak Yono menimpali lalu menyeruput kopi Joss racikan Cak Sam.
Kopi Joss racikan Cak Sam, ia lihat pertama kali di Jogja, saat Cak Sam
mengantar anaknya untuk kuliah di UGM. Kopi “ajaib” ini adalah kopi hitam biasa
yang dicelupi arang membara, konon katanya bisa langsung menyembuhkan masuk
angin. Kopi Joss inilah yang menjadi inspirasi Cak Sam untuk mendirikan Warung
Kopi. “Rondanya gak sarungan tho Pak, kok sampai masuk angin?”, tanya Cak Sam
pada Pak Yono. “Yo sarungan Cak, tapi angin tadi malam dingin sekaliiii. Se
dingin hatiku Cak”, jawab Pak Yono dengan wajah melas. Pandangan Pak Yono
menerawang pada malam lalu. Sebenarnya bukan karena ronda ia jadi masuk angin,
melainkan karena ia tidak dibukakan
pintu oleh istrinya, setelah sang istri membaca sebuah sms mesra di hp Pak
Yono. Karena murka, sang istri menyita HP dan dompet Pak Yono, dan Pak Yono
yang apes tidak boleh masuk rumah semalaman. Akibatnya ia harus tidur di pos
ronda dengan hanya menggunakan kaos oblong dan celana piyama. Keesokan paginya,
sang istri minta cerai, setelah hampir semalaman ia “berakting” menjadi Cak
Yono dan saling balas sms dengan pemilik nomor mesra itu, sampai akhirnya
pemilik nomor menelpon istri Pak Yono dan terbongkarlah semuanya. Pak Yono yang
dirundung apes kini harus merenungi nasibnya di sebuah bangku panjang Warung
Cangkruk yang lampunya temaram, di tengah kelam malam. Sekelam suasana hati
nya. “Brrttt!”, tiba-tiba terdengar bunyi yang mantap dan sangat meyakinkan
dari bangku tempat Pak Yono duduk, seakan penderitaannya belum cukup. Seketika
seluruh pelanggan Cak Sam menengok pada Pak Yono. Rupanya Kopi Joss sudah
melaksanakan tugasnya dengan baik, mengeluarkan semua angin di perut Pak Yono
yang jika dikonversi pada satuan berat maka pastilah...berat. Lengkap sudah
keapesan Pak Yono saat semua orang mesem-mesem menahan ketawa.
Di meja dekat toilet,
terdengar alunan suara sumbang seorang anak muda , diiringi petikan gitar yang
sesekali salah grip. Bersamanya, duduk beberapa anak muda lain yang kompak
menyanyikan lagu galau kekinian, yang liriknya Cuma berisi “sayang”, “cinta”,
“kamu” dan “ooooh”. Sudah dua jam mereka duduk disitu menyanyikan lagu yang
diulang-ulang bak kaset rusak. Rata-rata mereka memesan kopi hitam dengan harga
paling murah. Cukup satu gelas tiap orang, untuk konser 3 jam di Warung
Cangkruk Cak Sam. Dengan bermodalkan 2500 rupiah, mereka sudah bisa menikmati
secangkir kopi tubruk sekaligus menyalurkan minat dan bakat menyanyi. Para
mahasiswa ini sudah dikenal Cak Sam sejak mereka di Semester Pertama jurusan
MIPA di Universitas Negeri Jember. Sampai hari ini sudah enam semester yang
mereka tempuh sebagai mahasiswa dan hampir tiap hari mereka mampir ke Bintang
Kejora. Kadang membawa gitar, kadangkala membawa laptop. Tidak jarang mereka
mengerjakan tugas kuliah disana. Diselingi dengan banyolan dan gelak tawa,
kisah persahabatan mereka menjadi bagian dari sejuta kisah di Bintang Kejora.
Sambil memandangi satu
persatu pelanggannya, Cak Sam mengingat kembali tujuannya membuka Warung
Cangkruk. Ingatannya kembali pada malam itu, beberapa tahun lalu, saat ia dan
Pak Yudi, dosen S2 nya membahas tesis Cak Sam tentang budaya komunikasi ala
Cangkruk. Mereka bicara berjam-jam, ditemani bergelas-gelas kopi dan berbagai
teori komunikasi yang dilahap Cak Sam sedari ia menempuh S1. Dosennya tahu
benar betapa Cak Sam mencintai komunikasi antar manusia. Betapa Cak Sam tidak
suka berlama-lama bicara di telepon genggam, betapa ia benci fasilitas video
call dan Skype dan betapa ia sedih saat tukang becak langganannya curhat
tentang sulitnya mendapat penumpang karena manusia jaman sekarang tidak butuh
lagi bertemu muka dengan orang yang mereka inginkan. Semua bisa didapatkan dari
fasilitas seluler. Ya, mungkin Cak Sam adalah satu-satunya manusia yang benci
sekali pada telepon genggam dan teknologi komunikasi. Ia berpikir, ada banyak
sekali hal yang terdistorsi saat manusia menggunakan perangkat teknologi untuk
berkomunikasi. Ada nilai yang hilang saat manusia tak lagi berbicara langsung,
bertemu muka bertemu badan. Cak Sam sangat menikmati waktu nongkrong di warung
kopi sambil curi-curi pandang pada setiap orang yang datang, karena mereka
semua pastilah membawa kisah dan semua cerita anak manusia adalah dimensi yang sangat
menarik bagi Cak Sam.
“Kenapa kamu tidak membuat warung
kopi?”, tanya dosennya saat itu.
“Gak lah pak, modal dari mana. Wong
S2 saja dari beasiswa”, jawab Cak Sam.
“Selesaikan tesismu dan kamu akan
bisa membuat warung kopi impianmu”, lanjut Pak Yudi.
Tesis itu selesai dalam
waktu 2 bulan, dengan dukungan penuh dari dosen favorit Cak Sam sekaligus kawan
setia nyangkruk, Pak Yudi Darmais, yang ternyata adalah cucu dari Pak Omar
Darmais, seorang tuan tanah dan saudagar kopi legendaris dari Dampit, salah satu daerah penghasil kopi
terbaik di Jawa Timur.
Saat Cak Sam dinyatakan
lulus S2, Pak Yudi lah orang yang pertama kali dikabari. Di sebuah warung kopi
sederhana yang menyajikan kopi luwak dengan harga teramat miring, Cak Sam
memberitahukan kabar bahagia itu pada Pak Yudi. Tapi bukannya menyalami Cak
Sam, Pak Yudi malah melontarkan pertanyaan yang jawabannya tidak terpikirkan
oleh Cak Sam. “Sam, kamu pernah dengar kopi Amstirdam?”, tanya Pak Yudi.
“Hehehehe, sampeyan sedang mengetes
saya tho Pak Yud?, tanya Cak Sam menelisik.
“Ndaak. Kakek saya, Pak Omar Darmais
pernah bercerita tentang perkembangan kopi di Jawa Timur. Cerita yang tertua
berasal dari dampit yang menghasilkan salah satu kopi terbaik pada masa itu
yang kemudian diekspor ke Eropa oleh penjajah Hindia Belanda dan menjadi beken
seantero Eropa. Kebayang gak Sam, pada masa itu, Hindia Belanda yang berniat
mengeruk sebanyak-banyaknya hasil pertanian negeri kita tercinta ini ,
menemukan sebuah komoditi unggulan, yang membuat mereka memaksa penduduk Dampit
waktu itu untuk menanam kopi. Walaupun penduduk tidak pernah terlibat dalam
urusan tata niaga kopi, tapi pada akhirnya, kawasan dampit dan penduduknya
dikenal sebagai sentra kopi berkualitas ekspor.
Saking tingginya permintaan kopi Dampit dari penghuni Benua Eropa,
perusahaan pengekspor yang dimiliki Hindia Belanda, mengambil kopi dari daerah
lain, diantaranya Aceh dan Lampung, lalu dioplos dengan kopi Dampit kemudian
diberi label Kopi Dampit. Kopi nya ya kopi
yang kita minum sekarang ini Sam,... Robusta”, Pak Yudi bercerita dengan sangat
serius.
“Nah, salah satu kopi yang sangat
terkenal di masa itu, diberi nama Kopi Amstirdam. Bukan Amsterdam yang
dipelesetkan menjadi Amstirdam oleh lafal wong Jowo hahahaha! Melainkan
singkatan dari Ampelgading, Sumbermanjing, Tirtoyudo, Dampit.”, tawa Pak Yudi
memecahkan keheningan malam itu.
“Oalaaah, Hahahahaha!”, diikuti tawa
Cak Sam.
“Sam, aku sangat mencintai kopi dan
kamu sangat mencintai komunikasi antar manusia. Bagaimana kalau itu kita
satukan?”, tanya Pak Yudi diikuti kedua alisnya yang naik turun.
“Maksudnya sampeyan Pak?”, jawab Cak
Sam sambil menebak-nebak apa yang ada di pikiran Pak Yudi.
“Ini. Saya sudah menyiapkan ini sejak
kamu mulai intens berkonsultasi dengan saya tentang tesismu. Entah kenapa, saya
yakin kamu akan menjadi pemilik warung kopi yang di suatu masa akan begitu
dikenang oleh banyak orang.”, kata Pak Yudi.
Cak Sam agak terbelalak saat membaca
apa yang tertulis di kertas yang disodorkan Pak Yudi. Bukan kertas biasa,
melainkan selembar cek dengan nilai yang sangat besar. Sebelum Cak Sam semaput di
mejanya, Pak Yudi buru-buru melanjutkan.
“Gunakan itu untuk mengontrak tempat
selama beberapa tahun, membeli perlengkapan dan segala yang kamu butuhkan untuk
memulai sebuah warung kopi. Saya akan menjadi konsultan mu untuk segala hal
tentang kopi. Jangan anggap uang itu hutang, itu hadiah dari saya atas
kelulusanmu. Tugasmu Cuma satu, jadilah pemilik warung kopi yang bermanfaat
bagi pelangganmu dan bagilah cerita mu dan warung kopi mu dengan saya kapanpun
kita bertemu”, Mendengar perkataan Pak Yudi, Cak Sam seketika berkunang-kunang,
lalu semaput di meja nya.
Cak Sam selalu tersenyum
kapanpun mengingat kejadian itu. Motivasi itulah yang selalu menggerakkan kaki
nya dengan mantap setiap kali ia keluar rumah untuk membuka pintu warung kopi
nya. Ia selalu tidak sabar menantikan kisah-kisah manusia yang dibagikan para
pelanggannya yang mampir ke meja kasir. Dimana setiap kisah adalah sejarah
menarik yang bisa diceritakan pada anak cucu nya nanti. Dimana setiap kisah
bisa menjadi buku kompilasi nilai-nilai kehidupan yang ia yakini, akan sangat
bermanfaat bagi nya dan orang-orang yang dikenalnya
Sudah tidak diragukan lagi bahwa Warung Cangkruk Bintang
kejora telah menjadi pusat dunia Cak Sam dan meja kasir adalah menara mercusuar tempat
ia mencermati setiap raut wajah lalu menyimak setiap cerita yang terurai satu
persatu. Sampai kapanpun warung impiannya ini tidak akan bisa ditukar oleh
tawaran menjadi dosen dari universitas ternama manapun, atau tawaran menjadi
konsultan komunikasi perusahaan multinasional sekalipun. Cak Sam, Bintang Kejora dan Kopi adalah partikel yang saling menggenapi.
Monday, April 28, 2014
It's 4 !
Keira, sulungnya bunda tersayang...
Kemarin usiamu tepat 4 tahun. Tak terkira berapa banyak nilai kehidupan yang telah kamu ajarkan pada bunda. Tak terasa juga kamu sudah 4 tahun berada dalam hidup kami, keluargamu.
4 tahun lalu, saat kamu dilahirkan, kamu telah memberikan sentuhan ajaib pada bunda. Pertama kali melihatmu setelah dilahirkan, bunda tahu bahwa hidup bunda sudah berubah sejak saat itu. Ada seseorang yang harus selalu bunda lindungi, kasihi, cintai dan mendapatkan segala yang terbaik yang bisa bunda usahakan untukmu.
Nak, kamu tahu apa yang paling susah menjadi orang tua? bahwa bunda, yang sok dewasa ini, yang merasa menjadi hero karena melindungimu, hanyalah manusia biasa yang nantinya mau tidak mau harus ikhlas melihat anak-anak bunda tumbuh besar dan akan memiliki kehidupan sendiri. Bunda hanyalah manusia biasa yang takut dilupakan ketika kamu sudah demikian sibuk dengan kehidupanmu. Bunda cuma manusia biasa yang akan menangis sendirian ketika merindukanmu. Saat itu terjadi, semua kepingan kenangan kamu waktu kecil akan memenuhi benak bunda, dan menyesakkan relung hati ini.
Tapi jangan khawatir nak, semua itu masalah bunda yang akan teratasi dengan sendirinya. Sementara itu, tumbuhlah besar anakku. Melangkahlah sejauh mungkin. Jajaki setiap jengkal keindahan dunia ini, dan hidupmu. Jadilah orang yang menghargai dan mencintai hidup dan kehidupan. Dan ingatlah, sampai kapanpun bunda akan selalu ada untukmu.
Monday, December 2, 2013
Almost Midnight
Kei..kevi
saat ini hampir tengah malam, kalian berdua sudah terlelap tidur dari tadi. Bunda baru selesai menonton film HOURS tentang seorang ayah yang berjuang setengah mati menjaga bayi prematurnya tetap hidup saat mereka terperangkap di sebuah rumah sakit ketika badai Katrina menerjang beberapa kawasan di Amerika. Seperti bisa ditebak, akhirnya happy ending. Ayah dan bayinya ditemukan oleh tim penyelamat. Film ini mengaduk-aduk emosi, terutama jika yang nonton juga sudah jadi orangtua. Nak, dimanapun di dunia ini, semua orang tua sama, kami selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk anak kami, we'll give you every thing, even our selves.
Setelah menonton film ini, yang langsung bunda lakukan adalah menghampiri kalian di kamar, menciumi wajah kalian, memeluk kalian yang sedang tertidur pulas dan bersyukur bahwa kalian tetap sehat sampai saat ini. Membayangkan si ayah di film tadi entah kenapa membuat hati jadi teramat sedih. Tak terbayang rasanya menyaksikan anak kita berusaha bertahan hidup dengan bantuan mesin. Dengan semua selang dan infus terpasang di badan. Jika bunda jadi si ayah, bunda pasti sudah memohon sama Tuhan untuk menukar saja bunda dengan anak bunda, Biarlah sakit itu bunda yang rasakan. Biarlah semua jarum itu menancap di tubuh bunda asal anak bunda baik-baik saja.
Tapi syukurlah situasi bunda lebih baik dari si ayah di film itu. Kedua bidadari nya bunda sehat walafiat, cantik, ceria, pintar. Kalian sedang terlelap tidur, entah bermimpi apa saat ini. Semua ini mengingatkan bunda satu hal, hargai setiap detik yang berharga bersama orang-orang terkasih. Dan mencermati wajah kalian,,kei, kevi dan ayah sedang pulas tidur adalah kebahagiaan terbesar bunda saat ini
Tuesday, November 19, 2013
Deru dan Debu
Kei..kevi...
Tahukah kalian apa aktivitas kesukaan bunda disaat kalian sudah tertidur pulas? menonton video para peserta kontes bakat menyanyi dari berbagai penjuru dunia.Bunda bisa betah ber jam-jam, stumbled dari satu video ke video lainnya, sesekali tertawa melihat kontestan lucu, lalu menangis manakala ada kontestan yang suaranya bener-bener keren, atau ada dari mereka yang punya kisah hidup yang mengharukan, tapi setelah bunda telaah lagi *cieee kata-katanya*, ternyata bunda menonton semua video itu bukan cuma karena bunda suka sama nyanyi tapi karena mereka itu mewakili apa yang jadi cita-cita bunda sejak muda *hihih berasa udah tua banget*.Seperti bunda sedang melihat impian bunda terwujud, tapi bukan oleh bunda sendiri.
Yes girls, dulu bunda bercita-cita jadi penyanyi. Kata eyang kalian, sampai kelas 2 SMP, suara bunda masih aduhai, aduhai jeleknya!
pada suatu hari, puluhan tahun yang lalu, waktu itu bunda kelas 2 SMP dan ada kontes nyanyi antar kelas. Entah siapa yang menjadi biang kerok kekacauan hahaha, yang jelas bunda lah yang kemudian didaulat mewakili kelas bunda untuk lomba nyanyi itu. Pilihan lagunya gak banyak, semuanya punya lady rocker yang sedang hip banget waktu itu, yaitu Nike Ardilla dan Nicky Astria (kalian coba gugling nanti ya, pokoknya edun lah! dua orang itu). Akhirnya, pilihan lagu, bunda jatuhkan pada Lagu Deru dan Debu dari Nike Ardilla (lagunya enak sih, tapi...). Hari H pun tiba, satu persatu peserta naik ke panggung dan turun panggung dengan selamat sentausa. Lalu tiba giliran bunda, grogi bukan kepalang bunda waktu itu. Ingin rasanya menelan mic yang bunda pegang lalu masuk UGD biar tidak usah nyanyi sekalian. Dan....bunda telat masuk di intro hahaha! bablas jaya lah, sampe bunda bingung sendiri ngejar musiknya hehehe, pleus suara bunda yang false banget karena gak bisa menjangkau nada-nada tinggi lagu itu. Alhasil, bunda jadi tertawaan semua penonton. Tapi ada hikmahnya kok nak, setelah itu bunda jadi terkenal di sekolah sebagai peserta ter-sumbang, dan predikat ini tetap bertahan sampai kelulusan *sigh*.
Tapi apakah bunda berhenti nyanyi atau gak suka pada nyanyi? nope! malah bunda makin antusias bernyanyi dan dengan ajaib, suara bunda perlahan-lahan membaik sejak SMA. Apakah ini karena pubertas? gak tau juga sih, tapi kata eyang, suara bunda jadi berubah sejak SMA. Sejak itulah Bunda mulai tertarik pada salah satu ekskul seni musik, yaitu Paduan Suara. Bidang yang sama sekali baru ini ternyata menyenangkan untuk ditekuni. Dengan jadwal latihan yang cukup padat, tim paduan suara sekolah bunda punya kesempatan untuk mengikuti banyak lomba dan beberapa diantara lomba yang cukup besar, bisa kami menangkan.Bunda makin seneng dong, apalagi sedikit demi sedikit, ternyata nyanyi menyanyi ini mendatangkan uang. Anak SMA udah bisa cari uang sendiri kan cihuy bener ya nak. Lulus dari SMA, bunda masuk universitas yang punya tim Paduan Suara yang prestasinya banyak bener. Suara para anggotanya gak usah diragukan lagi bagusnya. Bunda aja grogi banget waktu audisi penempatan suara.Gilee! keren-keren amat yak suaranya, semacam ada cahaya gitu di sekitar mereka saat lagi nyanyi, merindiiing. Dalam tim tersebut, bunda menemukan passion bunda sebenarnya. I like being on stage. Bernyanyi dengan ditonton banyak orang itu ecstasy! Dengan melalui latihan yang keras, berjam-jam vocalizing yang melelahkan, dan latihan sendiri, suara bunda makin terasah. Tidak hanya itu, pendengaran bunda juga jadi lebih peka pada musik, not dan berbagai suara. Berkat pelatih kami yang jago bener, kami pun menjadi tim paduan suara yang solid, dan bunda pernah menjadi solois di beberapa penampilan. Girls, berada di panggung dengan ditonton ratusan bahkan ribuan orang dengan lampu sorot besar langsung ke wajah lalu mendengarkan gemuruh tepuk tangan setelahnya itu rasanya mejik! Dari situlah bunda memantapkan cita-cita menjadi penyanyi. Tapi lalu muncul banyak ketakutan. Bagaimana jika begini, jika begitu, bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi, bla bla bla. Pengecut ya? pasti! dengan bodohnya, bunda meletakkan impian bunda sendiri, cuma karena takut pada apa yang belum tentu terjadi. Setiap kali ada teman-teman bunda muncul di TV karena mereka sukses dengan karir menyanyi, bunda cuma bisa girang "heey! itu temen sayaa! hebaat!", tapi dalam hati menjerit, "dan saya gak jadi apa-apaa!", makanya sampai sekarang bunda seneng banget nonton video orang-orang yang suaranya keren, seperti guilty pleasure hahaha!
Tapi dipikir-pikir, kalau dulu bunda serius di nyanyi, mungkin bunda gak akan punya kalian, dan memikirkan itu aja udah sedih banget rasanya. Yaa..Tuhan memang tahu yang terbaik buat umatnya nak, dan ia menitipkan kalian ke bunda. Itu tidak bisa dibandingkan dengan karir hebat manapun.
Tapi dipikir-pikir, kalau dulu bunda serius di nyanyi, mungkin bunda gak akan punya kalian, dan memikirkan itu aja udah sedih banget rasanya. Yaa..Tuhan memang tahu yang terbaik buat umatnya nak, dan ia menitipkan kalian ke bunda. Itu tidak bisa dibandingkan dengan karir hebat manapun.
Kei..kevi, suatu saat nanti kalian juga akan punya cita-cita, mungkin akan berubah-ubah seiring waktu dan kematangan diri, tapi ada saatnya kalian menemukan passion kalian, sesuatu yang benar-benar ingin kalian tekuni, kalian kejar, kalian gilai. Passion inilah yang akan menentukan arah kalian nantinya. Jika suatu hari nanti kalian sudah temukan itu, tekunilah sampai itu jadi bagian dirimu, jangan pernah lepaskan karena alasan apapun, apalagi alasan cemen kayak cerita bunda diatas. Kejarlah cita-cita yang berkorelasi dengan passion-mu, walau itu akan membuatmu berurai air mata, bahkan darah. Walau kamu harus terjatuh berulang kali dan bangun berkali-kali. Jangan bosan, jangan putus asa. Kejarlah jika itu layak bagi hidupmu.
Dan yakinlah, jika saat itu tiba, Do'a bunda menyertaimu.
Sunday, November 10, 2013
Wayang Angry Birds
Sedang ingin bermain-main dengan lem, Kei dan kevi ngajak bunda membuat wayang kertas, kali ini dengan tokoh-tokoh angry bird.
Alat dan bahan :
- Karakter angry bird, di print diatas kertas HVS lalu digunting mengikuti bentuk
- Kardus bekas atau lidi, untuk membuat pegangan
- Lem
- Gunting
Cara membuat :
- Gunting kertas kardus sesuai bentuk angry bird (jangan di lem dulu)
- Buatlah pegangan dengan menggunakan dua lembar kardus yang digunting berukuran 10 x 1 cm, rekatkan keduanya (agar kardus menjadi lebih kaku), atau bisa juga menggunakan lidi atau tusuk sate
- Rekatkan pegangan tadi pada bagian tengah bawah kardus karakter angry bird, lalu rekatkan kertas karakter angry bird diatasnya
Setelah wayang selesai, kei dan kevi ngajak bunda untuk role playing, kali ini ceritanya tentang angry birds di sekolah mereka. Ada karakter yang usil dan nakal, ada yang baik, ada yang cerewet, dan lain-lain, oh! ada juga yang menjadi Bu Guru. Proses membuat wayang ini baik untuk motorik halus dan role playing ini baik untuk merangsang kecerdasan anak dengan bercerita dan mengajak mereka mengenal berbagai karakter manusia.
-B-
Arsitek kecilku
Kei, 3 tahun 6 bulan
Kei...anak sulungnya bunda yang paling cantik, semakin hari kamu memberikan semakin banyak kejutan. Kepintaranmu, karaktermu yang satu persatu mulai tampak, cara mu berekspresi dan banyak lagi, semuanya membuat bunda takjub, anak bunda pintarrr!. Satu yang menonjol dari mu adalah kebisaanmu membuat sesuatu dari sekitarmu yang kemudian bisa kamu mainkan dengan sangat anteng. Beberapa waktu lalu, kamu membuat tiruan odong-odong yang sering kamu naiki di alun-alun kota. Kamu naikkan sepeda roda tiga mu ke atas bangku plastik, dengan boneka Barney di atas jok nya (kamu pakaikan baju dan sepatu pula bonekanya) lalu sepedanya kamu goyangkan ke depan ke belakang, persis seperti cara kerjanya odong-odong. Lalu dengan bersemangat kamu minta bunda untuk melihat hasil karyamu. Dasar bunda ini mak-mak sensitif, bunda seketika menangis, terharu, bangga, ada perasaan hangat menyeruak di hati bunda. Kamu dengan kreatifitasmu, sering kali membuat bunda terheran-heran, kok kepikiran ya membuat sesuatu seperti itu?
Di kesempatan lain kamu bermain dengan connector pen. Padahal kamu belum pernah melihat video tutorial merangkai pen itu menjadi sesuatu, tapi kamu selalu bisa membuat tiruan sebuah benda dari 20 connector pen yang kamu punya. Lalu dengan lego. Kamu sering membuat bunda takjub dengan ketekunanmu merangkai lego. Sejak karaktermu mulai tampak, makin jelas terlihat bahwa kamu adalah anak yang kemampuan fokus nya sangat bagus. Kamu bisa sangat anteng, berlama-lama dengan sesuatu, bahkan sampai-sampai tidak dengar kalau dipanggil. Moment seperti itu seperti menjadi saat pribadimu, dunia cuma milikmu, yang lain ngontrak, hehe...
Kamu juga senang membuat tiruan sebuah kota, dengan menggunakan semua mainanmu. Lengkap dengan gedung dari lego, kapal pesiar, rumah robot, stasiun, dan lain-lain.
Kamu juga senang membuat tiruan sebuah kota, dengan menggunakan semua mainanmu. Lengkap dengan gedung dari lego, kapal pesiar, rumah robot, stasiun, dan lain-lain.
Kamu dan berbagai benda "ciptaan" mu selalu mengingatkan bunda untuk bersyukur, betapa beruntungnya bunda dititipi kamu oleh Allah.
Kei, bunda pernah bilang, pergilah kemana kakimu melangkah, ke ujung dunia sekalipun. Setiap jengkal bumi ini menawarkan banyak keajaiban yang akan membuatmu takjub, malu, heran dan berbagai pengalaman yang akan memperkaya pikiran, batin dan jiwa mu. Bunda selalu berdoa, semoga kelak, kreatifitasmu itu bisa membawamu kemana saja yang kamu inginkan dan memudahkan jalanmu mencapai impianmu. Amin
Subscribe to:
Posts (Atom)